Ketabahan Jepun menghadapi tekanan tiga bencana besar sekaligus, yakni gempa bumi, tsunami, dan radiasi nuklear, memukau dunia. Reputasi antarabangsa Jepun sebagai negara kuat mendapat pujian meluas. Tak adanya jenayah rompakan sewaktu keadaan huru-hara menguatkan gambaran Jepun sebagai sebuah ”bangsa beradab”.
Kerajaan Jepun, terus memacu proses pemindahan dan pengagihan bantuan ke daerah bencana yang belum terjangkau sebelumnya. Seluruh kekuatan dan sumber dayanya dikerahkan maksimal ke Jepun timur laut, daerah yang terparah dilanda tsunami.
Evakuasi korban tsunami berjalan seiring dengan evakuasi ribuan warga yang terancam terpapar radiasi nuklear di Pembangkit Eelektrik Tenaga Nuklear Fukushima Daiichi, utara Tokyo. Wilayah Fukushima juga termasuk salah satu daerah korban gempa dan tsunami yang terjadi pada minggu lalu.
Televisyen, media cetak, radio, dan lamanweb berita online di seluruh dunia telah menerbitkan bencana itu. Hal yang mengkagumkan dunia, seluruh kejadian serta momen dramatis dan mendebarkan dirakam televisyen Jepun detik demi detik, sejak awal gempa, datangnya tsunami, hingga air bah itu ”diam”.
Jepun lalu mengkabarkan drama amuk alam yang menyebabkan lebih dari 10,000 orang terkorban dan 10,000 orang yang lain hilang ke seluruh dunia. Meski sempat panik, Jepun dengan cepat bangkit, mengerahkan seluruh kekuatannya, mulai dari tentera, kapal, hingga pesawat terbang. Jumlah tentara dinaikkan dua kali lipat dari 51,000 personel menjadi 100,000 personel. Sebanyak 145 dari 170 rumah sakit di seluruh daerah bencana beroperasi penuh.
Sekalipun kelaparan dan krisis air bersih mendera jutaan orang di sepanjang ribuan kilometer pantai timur Pulau Honshu dan pulau lain di Jepun, para korban sabar dan tertib menanti pengagihan logistik. Hingga hari keempat pasca-bencana, tidak terdengar aksi rompakan dan tindakan tercela lainnya.
Associated Press melukiskan, warga Jepun tenang menghadapi persoalan yang ditimbulkan bencana. Sisi lain yang diajarkan masyarakat Jepun ialah sikap sabar meski mereka diliputi dukacita akibat kehilangan orang-orang terkasih. Mereka sabar menanti bantuan. Kerajaan boleh mampu bersikap lebih tenang untuk memfokus pada evakuasi, penyelamatan, dan distribusi logistik.
Bencana terbaru adalah bahaya radiasi nuklear akibat tiga ledakan dan kebakaran pada Pembangkit Elektrik Tenaga nuklear Fukushima Daiichi. Dari enam reaktor nuklear, empat di antaranya telah bermasalah. Jepun belajar dari kes Chernobyl dan membangun sistem PLTN-nya lebih baik. Kerajaan menjamin tak akan ada insiden Chernobyl di Jepun.
”Pertubuhan Bangsa-Bangsa belum mengambil langkah-langkah selama belum ada permintaan. Jepun adalah negara paling bersiap sedia di dunia (menghadapi bencana),” kata Elisabeth Byrs, jurucakap Pejabat PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), kepada Reuters.
Byrs melanjutkan, ”Jepun menanggapi tiga darurat sekaligus, yakni gempa, tsunami, dan ancaman nuklear, dan melakukannya dengan sangat baik.”
Para blogger dan pengguna lamanweb jejaring sosial berbahasa Inggeris memuji Jepun sebagai bangsa yang tabah (stoic) dan bertanya-tanya tentang kemampuan bangsa lain, terutama di Barat, jika digoncang tiga bencana besar sekaligus. Mereka memuji Jepun adalah sebuah bangsa yang hebat, kuat, dan beretika.
Profesor Harvard University, Joseph Nye, mengatakan, bencana telah melahirkan Jepun sebagai bangsa soft power. Istilah itu diciptakannya untuk melukiskan Jepun mencapai tujuannya dengan tampil lebih menarik bagi bangsa lain.
Saat bencana dan tragedi kemanusiaan mengundang simpati dari dunia Jepun, gambaran negara yang tertimpa bencana jarang mendapat keuntungan dari bencana tersebut. Pakistan, misalnya, menerima bantuan AS dan negara lain saat dilanda banjir bandang tahun lalu. Namun, bantuan individu sangat sedikit, yang disebabkan gambaran negeri itu di mata dunia. China dan Haiti juga menghadapi kritik atas penanganan gempa bumi tahun 2008 dan 2009.
Menghadapi keperluan akan dana membangun semula skala besar, Jepun masih menimbang tawaran antarabangsa. ”Meski dilanda tragedi dahsyat, peristiwa menyedihkan, ada ciri-ciri yang sangat menarik dari Jepun,” kata Nye kepada AFP.
”Terlalu awal untuk meramal apakah mereka berhasil memulihkan ekonomi. Tetapi, dilihat dari jauh, rakyat Jepun memperlihatkan ketabahan saat krisis. Hal ini berbicara banyak soal Jepun di masa depan,” kata Wakil Pengarah Center for Strategic and International Studies Nicholas Szechenyi. -kompas
Kerajaan Jepun, terus memacu proses pemindahan dan pengagihan bantuan ke daerah bencana yang belum terjangkau sebelumnya. Seluruh kekuatan dan sumber dayanya dikerahkan maksimal ke Jepun timur laut, daerah yang terparah dilanda tsunami.
Evakuasi korban tsunami berjalan seiring dengan evakuasi ribuan warga yang terancam terpapar radiasi nuklear di Pembangkit Eelektrik Tenaga Nuklear Fukushima Daiichi, utara Tokyo. Wilayah Fukushima juga termasuk salah satu daerah korban gempa dan tsunami yang terjadi pada minggu lalu.
Televisyen, media cetak, radio, dan lamanweb berita online di seluruh dunia telah menerbitkan bencana itu. Hal yang mengkagumkan dunia, seluruh kejadian serta momen dramatis dan mendebarkan dirakam televisyen Jepun detik demi detik, sejak awal gempa, datangnya tsunami, hingga air bah itu ”diam”.
Jepun lalu mengkabarkan drama amuk alam yang menyebabkan lebih dari 10,000 orang terkorban dan 10,000 orang yang lain hilang ke seluruh dunia. Meski sempat panik, Jepun dengan cepat bangkit, mengerahkan seluruh kekuatannya, mulai dari tentera, kapal, hingga pesawat terbang. Jumlah tentara dinaikkan dua kali lipat dari 51,000 personel menjadi 100,000 personel. Sebanyak 145 dari 170 rumah sakit di seluruh daerah bencana beroperasi penuh.
Sekalipun kelaparan dan krisis air bersih mendera jutaan orang di sepanjang ribuan kilometer pantai timur Pulau Honshu dan pulau lain di Jepun, para korban sabar dan tertib menanti pengagihan logistik. Hingga hari keempat pasca-bencana, tidak terdengar aksi rompakan dan tindakan tercela lainnya.
Associated Press melukiskan, warga Jepun tenang menghadapi persoalan yang ditimbulkan bencana. Sisi lain yang diajarkan masyarakat Jepun ialah sikap sabar meski mereka diliputi dukacita akibat kehilangan orang-orang terkasih. Mereka sabar menanti bantuan. Kerajaan boleh mampu bersikap lebih tenang untuk memfokus pada evakuasi, penyelamatan, dan distribusi logistik.
Bencana terbaru adalah bahaya radiasi nuklear akibat tiga ledakan dan kebakaran pada Pembangkit Elektrik Tenaga nuklear Fukushima Daiichi. Dari enam reaktor nuklear, empat di antaranya telah bermasalah. Jepun belajar dari kes Chernobyl dan membangun sistem PLTN-nya lebih baik. Kerajaan menjamin tak akan ada insiden Chernobyl di Jepun.
”Pertubuhan Bangsa-Bangsa belum mengambil langkah-langkah selama belum ada permintaan. Jepun adalah negara paling bersiap sedia di dunia (menghadapi bencana),” kata Elisabeth Byrs, jurucakap Pejabat PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), kepada Reuters.
Byrs melanjutkan, ”Jepun menanggapi tiga darurat sekaligus, yakni gempa, tsunami, dan ancaman nuklear, dan melakukannya dengan sangat baik.”
Para blogger dan pengguna lamanweb jejaring sosial berbahasa Inggeris memuji Jepun sebagai bangsa yang tabah (stoic) dan bertanya-tanya tentang kemampuan bangsa lain, terutama di Barat, jika digoncang tiga bencana besar sekaligus. Mereka memuji Jepun adalah sebuah bangsa yang hebat, kuat, dan beretika.
Profesor Harvard University, Joseph Nye, mengatakan, bencana telah melahirkan Jepun sebagai bangsa soft power. Istilah itu diciptakannya untuk melukiskan Jepun mencapai tujuannya dengan tampil lebih menarik bagi bangsa lain.
Saat bencana dan tragedi kemanusiaan mengundang simpati dari dunia Jepun, gambaran negara yang tertimpa bencana jarang mendapat keuntungan dari bencana tersebut. Pakistan, misalnya, menerima bantuan AS dan negara lain saat dilanda banjir bandang tahun lalu. Namun, bantuan individu sangat sedikit, yang disebabkan gambaran negeri itu di mata dunia. China dan Haiti juga menghadapi kritik atas penanganan gempa bumi tahun 2008 dan 2009.
Menghadapi keperluan akan dana membangun semula skala besar, Jepun masih menimbang tawaran antarabangsa. ”Meski dilanda tragedi dahsyat, peristiwa menyedihkan, ada ciri-ciri yang sangat menarik dari Jepun,” kata Nye kepada AFP.
”Terlalu awal untuk meramal apakah mereka berhasil memulihkan ekonomi. Tetapi, dilihat dari jauh, rakyat Jepun memperlihatkan ketabahan saat krisis. Hal ini berbicara banyak soal Jepun di masa depan,” kata Wakil Pengarah Center for Strategic and International Studies Nicholas Szechenyi. -kompas
Tiada ulasan:
Catat Ulasan